Dalam Tradisi Buddha, Tripitaka adalah kumpulan kitab suci utama yang menjadi pedoman hidup bagi jutaan umat Buddha di seluruh dunia. Dikenal juga sebagai “Tiga Keranjang,” Tripitaka berisi ajaran-ajaran Sang Buddha Gautama dan para siswa utama-Nya, yang dikumpulkan dan dikodifikasi setelah wafatnya Buddha. Keberadaannya sangat esensial dalam menjaga kemurnian dan kelangsungan ajaran Dharma.
Secara harfiah, Tripitaka berarti “Tiga Keranjang,” merujuk pada tiga bagian utamanya: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka. Setiap “keranjang” memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, namun saling melengkapi untuk memberikan panduan komprehensif tentang teori dan praktik Buddhis yang terpadu dan sistematis.
Bagian pertama adalah Vinaya Pitaka, yang berisi kumpulan peraturan disipliner bagi para biksu dan biksuni dalam Sangha (komunitas monastik). Vinaya mengatur segala aspek kehidupan monastik, mulai dari tata cara penahbisan, aturan makan, pakaian, hingga interaksi sosial. Tujuannya adalah untuk menjaga kemurnian dan harmoni komunitas spiritual.
Bagian kedua, dan mungkin yang paling dikenal, adalah Sutta Pitaka. Ini adalah kumpulan khotbah-khotbah Sang Buddha yang disampaikan dalam berbagai kesempatan dan kepada audiens yang berbeda. Sutta Pitaka memuat ajaran-ajaran inti seperti Empat Kebenaran Mulia, Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan berbagai kisah atau perumpamaan yang digunakan Buddha untuk menjelaskan Dharma.
Bagian ketiga dari Tripitaka adalah Abhidhamma Pitaka. Bagian ini berisi analisis filosofis dan psikologis yang lebih mendalam tentang Dharma. Abhidhamma menguraikan sifat-sifat fenomena mental dan fisik dengan sangat rinci, menjelaskan bagaimana pikiran bekerja, dan hubungan antara kesadaran dengan realitas. Ini adalah studi metafisik yang sangat kompleks.
Keberadaan Tripitaka sangat krusial bagi umat Buddha. Ia berfungsi sebagai sumber otentik untuk memahami ajaran Buddha, memverifikasi praktik yang benar, dan melestarikan warisan spiritual yang tak ternilai. Para siswa Buddha di seluruh dunia mempelajari Tripitaka untuk memperdalam pemahaman mereka tentang Dharma.
Meskipun Tripitaka versi Pali adalah yang paling lengkap dan diakui oleh aliran Theravada, aliran Mahayana dan Vajrayana juga memiliki kanon kitab suci mereka sendiri yang berkembang dari inti ajaran ini. Namun, esensi dari ajaran-ajaran inti seperti Empat Kebenaran Mulia tetap konsisten di semua tradisi.