Penti Manggarai adalah perayaan syukur tahunan yang sangat penting bagi masyarakat adat Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur. Lebih dari sekadar ritual, Penti Manggarai mencerminkan harmoni mendalam antara manusia, alam, dan leluhur. Upacara ini menjadi simbol kesyukuran atas panen melimpah dan sekaligus penanda dimulainya tahun adat yang baru, memperkuat ikatan komunal.
Setiap tahun, biasanya menjelang akhir musim panen, seluruh warga Manggarai, termasuk mereka yang merantau, akan kembali ke kampung halaman untuk merayakan Penti Manggarai. Momen ini bukan hanya ajang untuk melaksanakan ritual, tetapi juga untuk mempererat kembali tali silaturahmi, kekeluargaan, dan gotong royong yang menjadi pilar kehidupan masyarakat.
Rangkaian Penti Manggarai dimulai dengan serangkaian ritual di lokasi-lokasi sakral di luar rumah adat. Salah satunya adalah barong lodok di pusat kebun, sebagai bentuk penghormatan dan pemanggilan roh penjaga kesuburan. Dilanjutkan dengan barong wae di sumber mata air, sebuah persembahan syukur atas air sebagai sumber kehidupan utama.
Prosesi berlanjut ke barong compang, yaitu persembahan di mezbah batu di tengah kampung, untuk mengundang roh penjaga kampung. Setiap tahapan ini diiringi dengan doa-doa dan sesajian yang tulus, menunjukkan keterikatan spiritual masyarakat Manggarai dengan alam dan dunia metafisik mereka. Ini adalah inti dari Penti Manggarai.
Puncak dari Penti Manggarai adalah ritual Penti Weki Peso Beo yang dilaksanakan di rumah adat (Mbaru Gendang). Di sinilah seluruh komunitas berkumpul untuk mengucapkan syukur kolektif, memohon berkah untuk tahun mendatang, serta memperbarui komitmen persaudaraan dan kebersamaan. Suasana khusyuk dan penuh suka cita menyelimuti prosesi ini.
Tarian Caci, tarian perang tradisional Manggarai, seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Penti Manggarai. Dua penari pria saling mencambuk dengan cambuk kulit (larik) dan perisai (toda). Caci bukan hanya pertunjukan keberanian, tetapi juga ritual untuk membersihkan diri dari energi negatif dan memperkuat solidaritas komunitas.
Selain Caci, nyanyian tradisional Sanda juga menjadi bagian penting dari upacara Penti. Nyanyian yang dibawakan tanpa henti sepanjang malam hingga dini hari, tanpa iringan alat musik, adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam semesta. Sanda merefleksikan kedalaman filosofi dan kearifan lokal Manggarai.