Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja, melainkan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur yang telah mengakar dalam kehidupan bangsa jauh sebelum kemerdekaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dasar sejarah pembelajaran Pancasila agar kita dapat menggali makna dan nilai-nilai leluhur Indonesia secara utuh. Dasar sejarah pembelajaran ini bukan hanya tentang menghafal sila-sila, tetapi juga menelusuri bagaimana Pancasila menjadi jiwa dan kepribadian bangsa yang unik.
Dasar pembelajaran Pancasila dapat dibagi menjadi beberapa periode penting. Pertama, periode pra-kemerdekaan, di mana nilai-nilai Pancasila sudah terinternalisasi dalam adat istiadat, kebudayaan, dan religi masyarakat Nusantara. Gotong royong, musyawarah, toleransi, serta semangat kekeluargaan telah menjadi praktik kehidupan sehari-hari dari Sabang sampai Merauke. Contohnya, semangat musyawarah mufakat yang sudah ada di desa-desa tradisional adalah cerminan dari sila keempat Pancasila.
Kedua, periode perjuangan kemerdekaan. Dalam menghadapi penjajahan, para pahlawan dan pemikir bangsa menyadari bahwa Indonesia membutuhkan sebuah ideologi yang dapat mempersatukan keberagaman suku, agama, dan budaya. Dari sinilah gagasan tentang Pancasila mulai mengemuka. Proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI pada tahun 1945, yang melibatkan berbagai tokoh dengan latar belakang berbeda, menunjukkan bagaimana Pancasila lahir dari konsensus dan semangat persatuan. Pemikiran Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno menjadi tonggak penting dalam meletakkan dasar sejarah pembelajaran Pancasila.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Pancasila secara resmi menjadi dasar negara dan kemudian diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan nasional. Dasar sejarah pembelajaran ini kemudian diperkuat melalui berbagai kebijakan pemerintah. Sejak tahun 1960-an dan semakin intensif pada era Orde Baru, Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tujuannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila secara sistematis dan komprehensif kepada setiap warga negara.
Pada hari peringatan Sumpah Pemuda, Sabtu, 28 Oktober 2023, pukul 08.00 WIB, di sebuah sekolah menengah di Bandung, seorang guru sejarah, Bapak Dani Setiawan, S.Pd., menyampaikan, “Memahami dasar sejarah pembelajaran Pancasila adalah kunci untuk membentuk karakter generasi muda yang berjiwa nasionalis dan toleran. Pancasila adalah warisan tak ternilai yang harus kita jaga.”
Dengan memahami dasar sejarah pembelajaran Pancasila, kita tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga memperoleh panduan untuk masa depan. Pancasila menjadi kompas moral dan ideologi yang membimbing setiap warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan, toleransi, keadilan, dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.